tag:blogger.com,1999:blog-87561005954147989722024-03-19T08:37:54.048-07:00Pru AgencyAmir Machmud Hasanhttp://www.blogger.com/profile/14259675550977631553noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-8756100595414798972.post-13314355777733128032009-11-12T17:36:00.000-08:002009-11-12T17:39:15.356-08:00Dana DaruratJika kita bertanya Mengapa orang bekerja..? maka semua orang pasti menjawab “untuk memenuhi kebutuhan dasar Makan, Pakaian dan Rumah, setelah itu barulah sebagian disisihkan untuk Menabung. Menurut survey ada 2 tipe orang dalam membelanjakan uangnya : Tipe yang pertama NABUNG dulu baru BELANJA, Tipe yang kedua BELANJA DULU baru NABUNG.<br />Anda termasuk tipe yang mana..? jika anda termasuk tipe yang pertama saya mengucapkan “Selamat kepada anda” karena tipe ini yang di anjurkan, bukankah sejak kecil kita diwajibkan untuk menabung..! BENAR…? <br />Namun sebagian besar hasil survey juga membuktikan bahwa tidak sedikit orang tipe kedua, belanja keperluan lebih dahulu baru kemudian menabung sisanya (kalau ada), sehingga bagaimanapun hasil tabungan dari 2 tipe ini pasti beda.<br />Untuk Apa kita diwajibkan menabung…? mungkin jawaban dari pertanyaan ini bisa sangat beragam sekali namun secara garis besar Pada umumnya tujuan menabung adalah Untuk :<br />• Investasi atau persiapan dana pensiun,<br />• Dana Pendidikan Anak,<br />• Dana Darurat atau persiapan kalau ada hal yang terjadi tiba2.<br /><br />Jika kita gambarkan sebuah garis kehidupan selalu dimulai dari :<br />• titik 0 (nol) thn; yaitu diawali dengan kelahiran, <br />• 0 - 24 thn; yaitu proses belajar (pendidikan), <br />• Usia 25 - 55thn (30 tahun) bekerja atau massa Produktif, <br />• Usia 55thn pensiun, <br />• orang indonesia memiliki harapan hidup sampai dengan usia 99thn. <br />• Asumsi rata-rata orang indonesia meninggal di usia 75thn jadi sejak mulai usia 55 sd 75th (selama 20 tahun) adalah masa untuk menghabiskan uang/tabungan. Tentunya tidak sedikit dana yg harus di habiskan untuk bertahan hidup selama 20thn. <br />• jadi uang yang kita kumpulkan selama 30th (usia 25-55) harus kita pakai selama 50th yaitu selama masa produktif (30) + masa pensiun (20) = 50 thn….. <br />• apakah anda sudah pernah memperhitungkannya? sudah siapkah anda dengan tabungan anda? pernahkah anda memikirkannya?<br />Ada 3 masalah pada diri manusia yaitu :<br />1. Hidup terlalu panjang, setelah pension membutuhkan banyak dana untuk meneruskan hidup dengan layak….pasti anda ingin pada saat pensiun paling tidak tetap stabil kehidupannya kalo bisa malah naik dan tidak turun”<br />2. Hidup terlalu pendek, “Takdir Allah SWT mungkin saja menetapkan meninggal pada saat usia produktif, apakah kita sudah siapkan dana pendidikan anak? Atau santunan biaya hidup untuk anak2 dan istri kita agar mereka dapat tetap hidup dengan layak (sebagaimana ketika kita masih ada…) semoga kita sudah memperhitungkan dengan matang hal ini….sehingga tujuan menabung tetap tercapai..?”<br />3. Sakit Berkepanjangan, “Misalnya usia 45 mengalami salah satu dari 34 penyakit kritis, maka hal ini pasti akan mempengaruhi pertumbuhan income/pendapatan kita bahkah bisa kehilangan income. Semoga kita juga sudah mengantisipasi hal ini….banyak orang yang belum memikirkan hal ini.”<br />Saya hanya mengingatkan bahwa usia produktif kita cuma 30th, padahal kita pakai selama 50th (ini jika kita hidup sampai usia 75th), Jadi untuk mengatasi keadaan itu kita harus menabung mulai dari sekarang untuk biaya hidup kita 20th lagi. <br />Saatnya kita menganalisa beberapa cara yang umum untuk menabung yaitu:<br /><br />KALAU KITA MENABUNG DI REKENING BANK BIASA <br />1. “Bulan pertama kita menabung 1 juta”<br />2. “Bulan kedua kita Menabung 1 juta”<br />3. “Bulan ketiga kita menabung 1 juta”<br />4. “Misal di Bulan ke empat kita dirawat Inap karena sesuatu penyakit yang diujikan Allah pada kita, kita butuh biaya Rumah Sakit 10 juta….. ”Apa yang BANK bisa berikan…? Tidak ada kan…!!! malah tabungan kita terkuras habis. <br /> Bagaimana kalu terjadi sakit KRITIS (Stroke, jantung, kanker, Tumor, ginjal dll…. Nau’dzubillahi min zaliik..) apa yang kita dapatkan dari BANK..? Bagaimana kalau meninggal di usia MUDA …? apa jadinya nasib Keluarga anda..?<br />5. BANK tidak bisa memberi jaminan untuk masa depan anda. Jadi…. menabung di bank bukan solusi jika kita ingin merencanakan dana untuk masa depan.<br />6. Bank hanya cocok untuk Tabungan sementara atau tabungan jangka pendek.<br /><br />KALAU KITA MENABUNG DI BANK dengan tambahan ASURANSI<br />1. “Bulan pertama kita menabung 1 juta”<br />2. “Bulan kedua kita Menabung 1 juta”<br />3. “Bulan ketiga kita menabung 1 juta”<br />4. “Misal Bulan ke empat kita dirawat di Rumah Sakit, Dokter dan perawat minta di sediakan dana 100juta… misalnya”<br />5. “Asuransi mungkin akan mengeluarkan uang 100juta, jika programnya memang ada?” tapi selama ini saya tahu belum ada Bank + asuransi yang menjamin biaya kesehatan/perawatan dirumah sakit<br />6. Asuransi pada Bank pada umumnya adalah kontrak misalnya untuk jangka waktu 10th, jika kita sakit kritis… maka sesudah sakit kritis tersebut nasabah tetap harus membayar preminya sampai akhir kontrak. Padahal kemungkinan sesudah kita sakit kritis pastilah produktifitas kita menurun !!!<br />7. Bagaimana kita bisa membayar premi selanjutnya..? Berat BUKAN..??? Jadi menabung di Bank dengan tambahan asuransi juga bukan Solusi yang tepat..!!!<br /><br />BERIKUT ADALAH PROGRAM UNGGULAN YANG MERUPAKAN SOLUSI UNTUK KETIGA MASALAH HIDUP DI ATAS, YAITU PROGRAM PRULINK ASURANCE ACCOUNT (PAA) PRUDENTIAL.<br />1. “Bulan pertama sama dengan kedua rekening di atas kita menabung 1 juta”<br />2. “Bulan kedua kita menabung 1 juta<br />3. “Bulan ketiga kita menabung 1 juta<br />4. “Misal di Bulan keempat kita mengalami sakit kritis sehingga dirawat di Rumah Sakit, walaupun Dokter dan perawat minta di sediakan dana 100juta…. maka kita otomatis mendapat fasilitas berobat dan rawat inap di Rumah Sakit dengan GRATIS… ada dana yang disediakan oleh Prudential untuk sakit kritis sesuai kontrak yang kita kehendaki…<br />5. “Bulan kelima kita menabung 1 juta”<br />6. Jika di bulan keenam mengalami Sakit kritis (misal STROKE) maka rekening Dana Darurat ini akan segera Cair sehingga anda mendapatkan dana Segar alias CASH ke rekening anda sebesar 100 juta.<br />7. Karena bulan keenam mengalami Sakit Kritis Sehingga keuangan kita terganggu bukan..??? terus bagaimana Masih harus menabung..?<br />8. Jangan CEMAS jika bulan ke-6 kita mengalami sakit kritis maka untuk bulan ke-7 dan seterusnya kita tidak perlu memikirkan untuk Menabung karena Rekening PAA akan mengambil alih Tugas menabung anda sampai dengan anda berusia 65th. Rekening anda akan terus di isi dana setiap bulan sebesar 1jt sesuai dengan jumlah yg harus anda tabung<br />9. Usia 55th atau saat pensiun tersedia dana 500 juta di rekening anda.<br />10. Usia 65th jika tidak di ambil tersedia dana 2 Milyar.<br />11. Menurut Anda rekening mana yang dapat mewujudkan impian anda di masa depan..?<br />12. Bagaima jika butir no. 4 tidak terjadi berarti anda tetap terus menabung sampai dengan kontrak yg telah di sepakati misal 10th.<br />13. Di akhir tahun ke-10 sudah tersedia dana kurang lebih 150 juta<br />14. sebagai dana cadangan pensiun anda.<br />15. untuk tahun ke-11 dan seterusnya STOP tabung saat ini uang anda telah bekerja secara agresif di dunia investasi untuk menghasilkan uang untuk anda jadi uang bekerja untuk anda bukan lagi anda yang bekerja untuk uang.Amir Machmud Hasanhttp://www.blogger.com/profile/14259675550977631553noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8756100595414798972.post-12067350124087955792008-07-28T08:19:00.000-07:002008-12-10T05:29:33.661-08:00MOTIVASI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3rkpEZGfXckrsL-bj3F22hnMxm8fqbsQs_6Ag6hRXN3M8X5BzrRAytDNcmsOgtx6VA0NT0XA_hNsmBEiBxFlbgaKZgrUw37OchXkWNsqGnMBDQFeVBA7s43o9mliPQZP9VakuD0zwdf4/s1600-h/ayah-6.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3rkpEZGfXckrsL-bj3F22hnMxm8fqbsQs_6Ag6hRXN3M8X5BzrRAytDNcmsOgtx6VA0NT0XA_hNsmBEiBxFlbgaKZgrUw37OchXkWNsqGnMBDQFeVBA7s43o9mliPQZP9VakuD0zwdf4/s320/ayah-6.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5228085842925191234" border="0" /></a><span style="font-family: verdana;font-size:85%;" ><st1:city><st1:place><span style="">Ada</span></st1:place></st1:city> banyak cara untuk memotivasi orang lain mencapai sasaran atau menyelesaikan suatu tugas maupun mengatasi persoalan atau tantangan yang dihadapinya. Salah satu karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan atau misi dari organisasinya. Seorang pemimpin yang tidak mampu memotivasi orang-orangnya, tidak lebih dari seorang penunjuk jalan, yang tahu ke mana harus pergi tetapi sepenuhnya tidak dapat mengendalikan mereka yang dipandunya.<br /></span><p class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: verdana;font-family:Verdana;font-size:85%;" >Jenderal Norman Schwarzkopff, pemimpin Sekutu semasa Perang Teluk menunjukkan bahwa seorang pemimpin dalam militer yang memiliki wewenang untuk memaksakan kepatuhan, biasanya adalah seorang motivator yang buruk. </span><span style="font-family: verdana;font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Pada prinsipnya, jika kita selalu menggunakan pendekatan kekuasaan untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu, maka organisasi kita tidak akan bertahan lama. Jika ada sedikit kesempatan, maka orang-orang dalam organisasi kita akan keluar atau paling tidak kinerja (performance) mereka jauh dari yang kita harapkan. Banyak sekali organisasi atau perusahaan mengalami turnover yang besar karena pegawainya tidak memiliki motivasi yang benar.<br /><br />Hubungan Motivasi dengan Emosi<br />Kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi anggota timnya sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya (EQ-nya). Paling tidak (sebagaimana pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 13 tentang Manajemen Emosi) ada enam keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, sebelum dia dapat memimpin orang lain, yaitu:<br /><br />Mengenali emosi diri<br />Keterampilan ini meliputi kemampuan kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Ketidakmampuan untuk mengenali perasaan membuat kita berada dalam kekuasaan emosi kita, artinya kita kehilangan kendali atas perasaan kita yang pada gilirannya membuat kita kehilangan kendali atas diri dan hidup kita.<br /><br />Mengelola emosi diri sendiri<br />Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu: pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri (self controlled) yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.<br /><br />Memotivasi diri sendiri<br />Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri (achievement motivation). Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.<br /><br />Mengenali emosi orang lain<br />Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. </span><span style="font-family: verdana;font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="SV" >Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.<br /><br />Mengelola emosi orang lain<br />Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antarpribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antarpribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antarkorporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antarindividu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain (baca: membina hubungan yang efektif dengan pihak lain) semakin tinggi kinerja organisasi itu secara keseluruhan.<br /><br />Memotivasi orang lain<br />Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan handal.<br /><br />3 Jenis Motivasi<br />Jadi memotivasi orang lain, bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak-istrinya akan menderita.<br />Motivasi kedua adalah karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. </span><span style="font-family: verdana;font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Sedangkan motivasi yang ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.<br />Dalam buku The One Minute Manager, kedua penulis (Kenneth Blanchard dan Spencer Johnson) merangkum topik bahasan kita mengenai motivasi ini dalam sebuah ilustrasi yang amat menarik mengenai Manajer Satu Menit. Untuk menjadi manajer yang efektif dan dapat memotivasi anak buah untuk mencapai sasaran perusahaan, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.<br />Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari orang yang dipimpinnya dengan menetapkan berbagi misi atau sasaran yang akan dicapai. Kita sebagai pemimpin perlu berbagi dengan tim kita untuk secara bersama melihat visi secara jelas dan mengapa kita melakukannya. Motivasi yang benar akan tumbuh dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap orang dalam organisasi kita dapat bekerja dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.<br />Hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang manajer efektif adalah memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Bahkan dalam bukunya yang melegenda, Dale Carnegie (How to Win Friends and Influence People) menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu: (1) jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan (2) berikan penghargaan yang jujur dan tulus. Manusia pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur orang lain adalah bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif.<br />Penelitian yang dilakukan dalam lima puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak semata didasarkan pada nilai uang yang diperoleh (monetary value). Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang bekerja atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy).</span><span style=";font-family:Verdana;font-size:10;" lang="FI" ><o:p></o:p></span></p>Amir Machmud Hasanhttp://www.blogger.com/profile/14259675550977631553noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8756100595414798972.post-42793973572658604212008-07-20T08:05:00.000-07:002008-12-10T05:29:33.924-08:00KOMPLEKSITAS KEMISKINAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0hVa51HzU1rEgM6vv37wM0kiyvFJ7QJoaSloMaKnpgDeGZyhhyphenhyphen27u_TyGnbBrxE1eUs4ugdXN8pBP8nLg-8oi0w7g5Db8ZEkkH2_WyjiSl6oLrqNFvtqj3Q_EVTvOJilCggMqTWbSrg/s1600-h/Amir-2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW0hVa51HzU1rEgM6vv37wM0kiyvFJ7QJoaSloMaKnpgDeGZyhhyphenhyphen27u_TyGnbBrxE1eUs4ugdXN8pBP8nLg-8oi0w7g5Db8ZEkkH2_WyjiSl6oLrqNFvtqj3Q_EVTvOJilCggMqTWbSrg/s320/Amir-2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5225129213141150834" border="0" /></a><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Menurut Felix Adam (seorang pengamat sosial dan kemiskinan, <i style="">red</i>) Pada awalnya kemiskinan selalu dikaitkan dengan faktor ekonomis, yang dinyatakan dalam ukuran tingkat pendapatan <i>(income)</i> atau tingkat konsumsi individu atau komunitas. Lembaga donor internasional seperti Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia (ADB), sebagai contoh, pada periode sebelumnya menggunakan tingkat pendapatan $ 1 per hari sebagai batas <i>proverty line</i> . Sementara di negara-negara berkembang kemiskinan diukur dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar, yang dinyatakan dalam ukuran kebutuhan hidup minimum atau kebutuhan kalori. Pandangan di atas jelas berimplikasi pada pendekatan yang digunakan untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. Seperti banyak diterapkan di negara-negara berkembang umumnya upaya pengentasan kemiskinan dilakukan dengan pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Para pengambil keputusan memandang pertumbuhan output nasional dan regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita atau GNP dapat mendorong kegiatan ekonomi lainnya <i>(multiplier effect)</i>, yang pada gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan peluang berusaha. Bila skenario ini berjalan sesuai asumsi tersebut, kemiskinan secara tidak langsung dapat dientaskan.<o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" ><o:p></o:p>Namun pengalaman menunjukkan peningkatan produk domestik bruto (GNP) tidak dengan sendirinya membawa peningkatan standar hidup masyarakat secara keseluruhan maupun individu. Ada dua alasan mengapa hal tersebut tidak berlaku. <i style="">Pertama</i>, umumnya pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi sehingga secara komparatif tidak memberikan peningkatan taraf hidup secara signifikan. <i style="">Kedua</i>, adanya ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin, membuat output pertumbuhan tersebut tidak terdistribusi secara merata. <span style=""> </span>Teori <i>trickle down effect</i> yang mendasari kebijakan di atas tidak berlaku sepenuhnya. <span style=""> </span>Kemakmuran tersebut umumnya hanya akan "menetes" kepada lapisan masyarakat tertentu yang secara komparatif memiliki pengetahuan, ketrampilan, daya saing, dan <i>absorptive eapacity</i> yang lebih baik. Sementara mereka yang benar-benar miskin dan mengalami apa yang disebut kemiskinan absolut jarang mengenyam hasil pembangunan tersebut. Bahkan,sering pembangunan justru membuat mereka mengalami marginalisasi, baik fisik maupun sosial.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Gagal dengan pendekatan <i>trickle down effect</i> tersebut, upaya pengentasan kemiskinan selanjutnya diarahkan dengan pola bantuan langsung Tapi di sini muncul implikasi baru. <span style=""> </span>Pada satu sisi bantuan tersebut memang dapat efektif mencapai sasaran, tapi pada sisi lain input eksternal tanpa adanya perkuatan sosial <i>(social strengthening)</i> sering menimbulkan ketergantungan dan mematikan kreasi dan inovasi masyarakat. <span style=""> </span>Persoalan lain ditemui dalam penentuan <i>target group</i>. Banyak kontroversi dalam berkaitan dengan pemilahan kelompok sasaran tersebut. Sebagian mengatakan bahwa proyek kemiskinan harus diperuntukkan bagi kaum miskin sendiri. Tapi di sisi lain banyak program pengentasan kemiskinan yang gagal karena tidak mendapatkan dukungan dari komponen masyarakat lainnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Antusiasme pemerintah untuk menangani masalah kemiskinan juga terbentur kenyataan bahwa mereka umumnnya <i>inarticulate</i> secara politik, Sebagian besar penduduk miskin tinggal didesa-desa yang terpencil atau perkampungan kumuh perkotaan sehingga terlihat oleh elit pemerintah.lebih jauh mereka terorganisir dengan baik sehingga tidak mampu menyatakan pandangan dengan jelas kepada pemerintah. Perpecahan di antara mereka serta tidak adanya juru bicara yang dikenal dan dipercaya umum lebih lanjut memperlemah kepentingan mereka secara politik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" ><o:p></o:p></span><span style="font-size:85%;"><b><span style=";font-family:Verdana;" lang="FI">PENANGANAN KEMISKINAN DI INDONESIA</span></b></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" > <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Untuk mendorong perekonomian rakyat, banyak para ahli yang menyarankan agar paket-paket deregulasi dapat secara langsung membantu atau mendorong tumbuhnya perekonomian rakyat, sekaligus untuk mengatasi kesenjangan antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah. Untuk itu, selain perlunya peranan pemerintah, maka pengembangan keswadayaan masyarakat juga penting artinya. Pengembangan keswadayaan masyarakat selain memerlukan kebijakan publik yang menyentuh kepentingan masyarakat, inisiatif dari bawah, yang berasal dari masyarakat, juga diperlukan. Program perkreditan, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), dan program perkreditan lainnya yang melekat dengan program BIMAS dan INMAS merupakan bagian dari usaha menggerakkan ekonomi rakyat. Namun hal tersebut masih perlu dikembangkan dan masih memerlukan kajian, terutama yang menyangkut efektifivitasnya. <span style=""> </span>Kebijakan perkreditan untuk golongan ekonomi lemah ini sering mendapat kritikan, terutama faktor bunga yang terlalu tinggi atau bunga terlalu rendah, sehingga tidak mendorong petani untuk menggunakan fasilitas kredit tersebut untuk meningkatkan usaha produktif. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" lang="FI" >Kebijakan ekonomi makro juga mempengaruhi proses pemerataan adalah kebijakan di sektor perpajakan. Pertanyaan yang sering muncul adalah sejauh mana kebijakan di sektor perpajakan dapat mengurangi beban golongan ekonomi lemah dan sejauh mana pengalokasian penerimaan pajak dalam program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan. Sistem perpajakan progresif yang telah diberlakukan dinilai positif untuk dikembangkan terus, karena selama ini kebijakan sektor tersebut dianggap masih belum adil. Sebagai contoh, golongan masyarakat miskin membayar pajak hampir sama dengan masyarakat yang tingkat penghasilannya sekitar 10 kali lipat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" >Proyek-proyek Inpres juga merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong program pengentasan kemiskinan, namun efektivitas dan manfaatnya terhadap golongan masyarakat miskin masih perlu ditingkatkan. Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang dikenalkan mulai awal tahun sembilan puluhan merupakan upaya mendorong perekonomian rakyat, terutama untuk meningkatkan kemampuan permodalan dan usaha masyarakat miskin. Mengingat keberadaan program ini masih pada tahap permulaan, maka perkembangan dan keberhasilannya masih memerlukan pengamatan lebih lanjut. <span style=""> </span>Itu pula yang turut melatarbelakangi lahirnya Program Pembangunan Prasarana/Sarana Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan saat ini sudah pada periode Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size:85%;"><b><span style=";font-family:Verdana;" >PENUTUP</span></b></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" >Memang ironis bahwa walaupun kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia, tapi pemahaman terhadapnya dan upaya untuk mengentaskannya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan, dengan terjadinya krisis ekonomi di </span><span style="font-size:85%;"><st1:country-region><st1:place><span style=";font-family:Verdana;" >Indonesia</span></st1:place></st1:country-region></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" > orang miskin "baru" semakin bertambah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" >Kemiskinan yang mereka alami memang tidak hanya sebatas kemiskinan secara ekonomi, melainkan juga kemiskinan non-ekonomi seperti terbatasnya akses terhadap pengetahuan dan ketrampilan, produktifitas yang rendah, nilai tukar yang rendah dari komoditi yang dihasilkan serta terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dan itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan pembangunan ekonomi atau bantuan finansial, melainkan yang lebih utama pemberdayaan agar mereka dapat mandiri dan mengubah nasibnya sendiri seperti yang ingin dicapai dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" >Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah suatu prakarsa baru Pemerintah </span><span style="font-size:85%;"><st1:country-region><st1:place><span style=";font-family:Verdana;" >Indonesia</span></st1:place></st1:country-region></span><span style=";font-family:Verdana;font-size:85%;" > untuk menanggulangi persoalan kemiskinan di perdesaan. Program ini dirancang dengan pengertian, untuk menanggulangi kemiskinan secara berlanjut, upaya-upaya yang paling penting harus dilakukan oleh komunitas sendiri, terutama pada tingkat perdesaan dan perkotaan.<span style=""> </span><span style=""> </span>Pemberdayaan komunitas ini termasuk menangani masalah kemiskinan juga terbentur inarticulate secara politik. Sebagian besar desa-desa yang terpencil atau perkampungan tidak terlihat oleh elit pemerintah. Menyediakan sumber daya yang cukup, memindahkan pembuat keputusan dan tanggung jawab ke tangan komunitas sendiri, meningkatkan kepercayaan dan transparansi. Oleh karena itu unsur perkuatan organisasi <i>antar</i> dan <i>intra</i> masyarakat dalam program mendapat perhatian khusus. Ini diwujudkan dalam bentuk pendampingan, <i>counselling</i> dan pelatihan. <o:p></o:p></span></p> <span style=";font-family:Verdana;font-size:11;" ><span style="font-size:85%;">Kalaupun terdapat input eksternal berupa penyediaan dana bergulir <i>(revolving fund)</i> untuk kegiatan pengembangan ekonomi dan prasarana skala kecil, namun peruntukan diprioritaskan bagi rumah tangga miskin pada wilayah kerja yang menjadi sasaran. Selebihnya program ini menekankan pada pemberdayaan komunitas dalam jangka panjang melalui perbaikan peran dan tanggungjawab kolektif dalam mengenali tuntutan lokal, merumuskan langkah-langkah lokal, dan melaksanakannya. Dalam kaitan ini, pemerintah yang direprentasikan dalam bentuk PNPM </span><span style=";font-size:85%;" > </span><span style="font-size:85%;">"hanya" memfasilitasi proses dalam bentuk bantuan pendampingan dan teknik dari konsultan, selebihnya adalah peran aktif dari komunitas itu sendiri.</span> </span>Amir Machmud Hasanhttp://www.blogger.com/profile/14259675550977631553noreply@blogger.com0